ANALISIS MASALAH SOSIAL YANG TIDAK BERKAITAN LANGSUNG DENGAN PANCASILA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke
hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan Tugas
Pancasila. Tugas ini di laksanakan guna memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak terutama kepada ----------selaku dosen
matakuliah Pancasila. Dalam penyusunan
tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya tugas ini.
Dalam penyusunan
tugas IV Pancasila materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Semoga tugas ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Yogyakarta,5 Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Makalah Permasalahan Sosial Kemiskinan di Indonesia
BAB 1
Pendahuluan
Latar
belakang
Rumusan
masalah
Maksud dan
tujuan
BAB II
Pembahasan
BAB III
Penutup
Diskripsi Singkat makalah.
Analisis
Kesimpulan Analisis
Daftar pustaka
MAKALAH
PERMASALAHAN SOSIAL KEMISKINAN DI
INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Keadaan Perekonomian dewasa ini sangat memprihatinkan. Yang kita ketahui
khususnya di Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang menyangkut
mengenai kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah
pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut timbul
akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan dengan
kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah. Hingga kini
kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial di
dunia ini.
Pada
kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global kemiskinan
negara-negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-benenya ada di
belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik mengenai kemiskinan
di Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara berkembang adalah Negara
yang memiliki standar pendapatan rendah dengan infrastruktur yang relatif
terbelakang dan minimnya indeks perkembangan manusia dengan norma secara
global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi sebagian Negara-negara
Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-negara pinggiran benua
Asia.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari
permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari kemiskinan?
2. Apa indikator terjadinya
kemiskinan?
3. Faktor apa saja yang menjadi
penyebab kemiskinan?
4. Bagaimanakah tingkat perkembangan
kemiskinan di Indonesia?
5.
Apa tantangan dalam menghadapi kemiskinan di Indonesia?
6. Kebijakan dan Program Penuntasan
Kemiskinan di Indonesia?
1.3 Maksud
dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal materi agar
ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada
masyarakat Indonesia untuk menghadapi kemiskinan yang merupakan tantangan
global dunia ketiga.
3. Untuk mengetahui sejauh mana upaya
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
4. Makalah ini diharapkan dapat
menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya
penyelesaian kemiskinan di Indonesia.
5. Penulisan makalah ini disusun
sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata pelajaran Sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kemiskinan
Dalam
kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan
sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu
bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa
neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif
(ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan
suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka
ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti
definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga
pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral.
Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh
karena minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor
industri maupun pembangunan.
Senada dengan pendapat di atas adalah
bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi, atau
kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan
oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan
tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin
absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah
hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
B.
Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk
menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap
kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan
transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa
depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan
yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya
manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam
kegiatan sosial masyarakat.
7.Tidak adanya akses dalam lapangan
kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Setidakmampuan untuk berusaha
karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan
ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah
tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
C.
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Ada
dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan alami
dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (SDA)
yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan
buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam
penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan
susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom
selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan
ketimbang dari pemerataan.
Di
bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim, yang
antara lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan
pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau
produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik.
Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan
per-kapita akan turun beriringan.
Berikut
beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan
per-kapita:
·
Naiknya
standar perkembangan suatu daerah.
·
Politik
ekonomi yang tidak sehat.
·
Faktor-faktor
luar negeri, diantaranya:
1)
Rusaknya syarat-syarat perdagangan
2)
Beban hutang
3)
Kurangnya bantuan luar negeri, dan
4)
Perang
2. Menurunnya etos kerja dan
produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari
tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan
adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh
karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan
banyaknya pengangguran.
4.
Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber
pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak
negara.
Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini,
diantaranya :
-Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
-Terbatasnya
akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan, dan sempitnya lapangan pekerjaan
-Kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap
asset usaha
-Kurangnya
penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan seseorang
-Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
-Besarnya beban
kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.
-Tata kelola
pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam
pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap
masyarakat.
D.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir
keadaan kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini diduga karena
pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan meningkatnya Gross
Domestic Product (GDP) dan atau disebabkan semakin luasnya kesenjangan social.
Hingga kini kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang menjadi isu
sentral di Indonesia. Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan
penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk
Malaysia, Vietnam, dan Kamboja jika digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin
di Asia Tenggara tinggal di Indonesia.
Kemiskinan menjadi alasan rendahnya
Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia. Secara
menyeluruh, kualitas manusia Indonesia relatif sangat rendah jika dibandingkan
dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia.
7
United Nations Development Programme (UNDP)
menempatkan HDI Indonesia di peringkat 124 dari 187 negara pada tahun 2011. Di
tahun yang sama, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30 juta orang,
sebesar 37% dari jumlah tersebut berada di daerah perkotaan dan 63% di daerah
pedesaan.
Kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan
papan secara terbatas, membuat anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas,
kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya kemampuan untuk menabung dan
berinvestasi, minimnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan
dan jaminan sosial, serta menguatnya arus urbanisasi ke kota.
E.
Tantangan Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya
tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan
masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana
yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia
pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih menempati peringkat lebih rendah dari
Malaysia dan Thailand di antara negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks
Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama sebesar 0,178. masih
lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di
Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk
miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan.
Data Susenas (National Social Ekonomi Survey)
2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia termasuk penduduk
miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Selain itu juga
tantangan yang sangat memilukan adalah kemiskinan di alami oleh kaum perempuan
yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka
pembangunan gender (Gender-related Development Indeks, GDI) dan angka Indeks
pemberdayaan Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai peran
yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari
kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang
relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala
nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan
tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan
sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang
kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
F.
Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
1) Penanganan Masalah Kurang Gizi dan
Kekurangan Pangan
Penanganan
masalah kurang gizi dan kekurangan pangan meliputi:
· Perbaikan
gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya
pada rumah tangga miskin.
·
Peningkatan
ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk
keluarga miskin.
2) Perluasan Kesempatan Masyarakat
Miskin Atas Pendidikan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin
atas pendidikan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :
·
Penyediaan
bantuan operasional sekolah untuk SD, SMP, Pesantren Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD
dan SMP.
·
Beasiswa
siswa miskin jenjang SMA.
·
Pengembangan
pendidikan untuk dapat membaca.
3) Perluasan kesempatan masyarakat
miskin atas kesehatan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan
prioritas sebagai berikut :
·
Pelayanan
kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
·
Peningkatan
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan,
terpencil, tertinggal, dan kepulauan.
·
Peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan penyakit menular dan
berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan ke
gawat darurat.
·
Pelatihan
teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk mengurangi tingkat kematian pada
kelahiran.
4) Perluasan Kesempatan Berusaha
Perluasan kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan pengembangan usaha
bagi masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:
·
Percepatan
pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga miskin.
·
Penasehat
penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani.
·
Penyediaan
sarana dan prasarana untuk usaha.
·
Pelatihan
ketrampilan untuk menjalankan usaha.
·
Peningkatan
pelayanan koperasi sebagai modal usaha
Upaya penanggulangan kemiskinan
Indonesia telah dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai
prioritas utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan
prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan
lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai
acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah
disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders
pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota
telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama
penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam
mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
·
Mengurangi
kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air
bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii)
pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii)
redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah
dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK).
·
Perluasan
kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk
modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi
industri.
·
Khusus untuk
pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain (i)
pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan
bagi murid yang kurang mampu (ii) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi
penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari
upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia :
Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung
dengan diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari
1998. Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya
pada upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada
di bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang
teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama,
kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh
karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli
melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di
Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir
yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur
dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap
pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami
dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan
masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan
masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1.Pemerintah sebaiknya
menjalankan program terpadu secara serius dan bertanggung jawab agar dapat
segera mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia
2. Sebagai
warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua program pemerintah
dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas
dari kemiskinan.
3.Marilah kita
tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang
masih mengalami kemiskinan.
DISKRIPSI
SINGKAT DARI MAKALAH
Dari literatur makalah tersebut dapat
kita deskripsikan sebagai berikut:
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan
erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari
sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang
alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan
masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan
masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama
yang baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua lini masyarakat.
ANALISIS
Permasalahan
kemiskinan ini tidak dapat diselesaikan secara cepat, karena adanya beberapa
aspek. Dimulai dari sudut pandang pemerintah. Masih banyak pemerintah yang
melakukan tindak korupsi dengan memakai uang rakyat untuk kepentingan pribadi.
Selain itu juga dari segi masyarakat, masih tingginya tingkat ego dan
kemalasan dalam mencari pekerjaan. Sehingga memunculkan banyak pengangguran dan
membuat beban bagi keluarganya sendiri.
Dalam upaya
mengatasi masalah kemiskinan ini harus adanya suatu kerja sama antara
pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah dapat membuat beberapa program untuk
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut
mempunyai korelasi dengan pancasila, Hal ini tercermin terutama pada sila ke-5,
yang berbunyi : “KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA” Keadilan dalam bidang
ekonomi di negara kita belum bisa terwujud sebagaimana yang telah diharapkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Justru masalah yang paling miris
di bidang ekonomi yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari
penegakkan keadilan yang tidak sempurna padahal dalam konstisusi telah
ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara,
tapi pada kenyataanya malah menyimpang dari apa yang telah ditetapkan pada
konstitusi, fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan keliaran
dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di bawah kolong jembatan hanya
dengan beralaskan kardus bekas.
Masalah
lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam bidang ekonomi sebagai
contoh adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik untuk bekerja
selama berjam-jam tetapi dengan tingkat upah yang sangat rendah. Sehingga dari
eksploitasi tersebut perusahaan memperoleh keuntungan yang sangat besar, karena
perusahaan bisa mempekerjakan buruh yang murah dan yang mau bekerja keras untuk
kemajuan perusahaanya. Itulah sedikit potret mengenai bukti dari implementasi
dari sila ke-5 yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
15
Sila ke-5, yang seharusnya sudah
terimplementasikan dengan baik dalam kehidupan, justru pada prakteknya,
implementasi dari sila tersebut tidak sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia saat
ini, dimana masih kurangnya perhatian dari pemerintah tentang pengentasan
kemiskinan,Serta kurang aktifnya masyarakat dalam membangun diri sebagai
manusia yang berkemajuan menumbuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Menanggapai masalah tersebut hal itu mempunyai masalah kompleks terhadap
implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Maka dari itu, permasalah kemiskinan ini
harus diatasi dengan adanya suatu kerja sama antara pemerintah dan masyarakat.
Berawal dari diri sendiri, mari kita tinggalkan keserakahan diri yang dapat
merugikan orang lain, tinggalkan rasa ego, terutama kemalasan dari dalam diri
kita sendiri. Dengan hal itu, kita dapat menjadi bagian dalam upaya
menyelesaikan masalah kemiskinan yang terjadi. Selain dari itu manfaat penting
lain yang dapat kita capai adalah meningkatnya kesejahteraan pribadi, keluarga,
sesama, dan yang paling utama bangsa dan negara yang kita cintai.
KESIMPULAN ANALISIS
Kesenjangan ekonomi harus sesegera
mungkin di tangani oleh pemerintah
khusunya dalam konteks kemiskinan, baik dari pemerintah pusat langsung
maupun melalui pemerintah daerah sehingga nantinya perwujudan kesejahteraan
yang berkeadilan di seluruh penduduk Indonesia lebih cepat terealisasikan, dan
untuk selanjutnya bisa menyetarakan aspek-aspek yang masih tertinggal lainnya,
seperti dari aspek pembangunan infrastruktur, komunikasi, dan aspek penting
lainnya yang menjadi tolak ukur kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.
Pemerataan keadilan terutama dalam masalah kemiskinan merupakan sebuah
hal yang sangat penting diperhatikan, apalagi di negara Indonesia yang sudah
sangat jelas diketahui bahwa tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan cita-cita bangsa ini, yang juga diabadikan dalam dasar negara yang
disebut Pancasila. Seperti yang tertuang pada sila ke-5, “Sila
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang merupakan sila ke lima dari
Pancasila ternyata dalam implementasinya belum sesuai dengan kondisi dan
harapan rakyat Indonesia saat ini.
Cita-cita
nasional bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Walaupun cita-cita tersebut sudah dicanangkan sejak Indonesia merdeka,
namun pada kenyataanya pencapaiannya masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Perjuangan menuju keadilan dan kesejahteraan sosial ternyata memang masih
banyak kendala. Salah satu faktor yang menjadi penghambat terbentuknya
masyarakat yang adil dan makmur tersebut adalah kurang ditegakannya keadilan
disemua lini kehidupan masyarakat dalam bernegara. Karena jika keadilan
ditegakkan dengan baik, maka kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara akan
tercipta.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Website:
-http://lianitadian-story.blogspot.co.id/2015/02/makalah-kemiskinan_19.html( Diakses pada 30/11/2017)
-http://andicvantastic.blogspot.co.id/2015/08/nilai-dan-makna-yang-terkandung-di.html (diakses pada 30/11/2017)
-http://www.pecintaipa.info/2016/10/makna-sila-ke-5-keadilan-sosial-bagi.html(Diakses pada 2/12/2017)
-https://anindyaditakhoirina.wordpress.com/2011/04/18/perekonomian-indonesia-terhadap-kemiskinan/ Diakses pada (
3/12/2017)
-http://ueu5483.weblog.esaunggul.ac.id/2016/05/25/makna-sila-keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat-indonesia/ (Diakses pada 9/12/2017)
Komentar
Posting Komentar